Secangkir Teh

Secangkir Teh

Ternyata selama ini aku hanya terbiasa melakukan sesuatu sebab orang lain. Masa seperti sekarang membuatku tersadar, bahwa ada yang sudah lama hilang, yaitu rasa cinta pada diri sendiri.

Pagi ini masih terbangun dengan rasa hampa. Meski ritme hidup masih terasa berantakan, tapi hati kecil berbisik, ‘lekaslah pulih dan bersemangatlah‘.
Melalui hal-hal ini setidaknya aku jadi tau bahwa membahagiakan diri sendiri adalah hal yang berharga.

Hari ini aku akan mulai mencari bahagiaku sendiri. Belanja apa yang aku mau, masak makanan yang sedang aku inginkan, memposting hal-hal yang aku sukai, melakukan hobi-hobi, merawat diri, pun menghindari hal-hal yang membuat mood berantakan. Melakukan bukan untuk siapa-siapa, melainkan untuk diri sendiri yang bahagia.

Mari kita mulai dari kesederhanaan pagi. Membuat sesuatu untuk diri: secangkir teh yang panasnya menjalar ke jemari. Memandangi kesegaran pagi lewat celah jendela yang terbatas.

Begitulah caraku menikmati pagi ini bersama buah hati. Memilih secangkir teh dan biskuit susu sebagai teman bercerita.

Bagaimana kamu di sana?

Pertanyaan Sederhana

Pertanyaan Sederhana

Pada akhirnya, kita akan merasa bahwa kita tidak sespesial itu di kehidupan orang lain.
Tanpaku hidup mereka tetap berjalan. Begitu juga tanpa mereka, hidupku harus tetap berjalan. Masing-masing sibuk merancang hidup masing-masing. Masing-masing memiliki ujian dan perjuangannya masing-masing.

Lalu lihat dalam cermin, siapa dia? Hanya seseorang yang ingin disampaikan bahwa ia tidak sendirian.

Kala kabarku tak begitu penting bagi lainnya, suara dan notifikasimu jadi denting terbaik untuk mengurai riuhku.


Ternyata pertanyaan klise seperti “Apa kabar hari ini? Ada cerita apa?“, “Sedang apa?“, “Sudah makan belum?” bisa jadi pertanyaan yang membuat hati kita kembali penuh.

Lalu menjalar sebuah kehangatan dari pertanyaan-pertanyaan sederhana.

Kabut Selepas Hujan

Kabut Selepas Hujan

Pagi ini layar HP memunculkan notifikasi google calendar: sebuah jadwal penerbangan. Sesuatu yang sangat dinanti, tapi kadang rasanya tak sepenuhnya dinanti.

Ada hari di mana rintik hujan di luar kaca mobil tak bisa benar-benar kunikmati.
Ada hari di mana tiba-tiba tak berselera melakukan apapun.
Ada hari di mana mata kita sudah tak mengeluarkan apa-apa.

Baik-baik ya, katamu sambil memeluk dan mengusap kepala. Aku tak balik berkata, khawatir jadi terisak. Hanya berkonsentrasi mengingat aromamu yang pasti akan kurindukan. Rasanya dari semua yang mengantar hanya kamu yang sempat mengkhawatirkan kehidupanku selepas ini. Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, kamu memanggilku sekali lagi dan meraihku.

Ya, aku akan baik-baik saja. Melanjutkan hidup dan mengumpulkan memori berdua sementara kamu di sana. Masih akan sering merepotkanmu meski jauh. Menipu rindu dengan kesibukan dari pagi sampai petang. Namun jika malam tak bisa dibohongi, setidaknya aku masih tidak benar-benar sepi. Ada kamu di sana yang masih terjaga menjalani hari. Aku menyukai perbedaan waktu kita.

Ada kabut selepas hujan. Hanya rapal doa yang kini bisa dilangitkan. Perjalanan jarak kita baru akan dimulai. Semoga ini tidaklah lama.

Tangki Cinta

Tangki Cinta

“Bunda, gimana ya lagu Bunda itu?”

Tanyanya ketika kami sedang menunggu makanan yang lama sekali belum juga disajikan. Aku menjawabnya dengan menyanyikan lirih sebuah bait lagu:

Ooh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku…

Dengan raut muka yang tak biasa, ia mengatakan, “Aaf sayang sekaliii sama bunda. Bunda happy yaa sama Aaf?”

Sungguh, walaupun tidak berkata seperti itu pun ia sudah sangat manis. Detik itu juga aku hanya bisa tersenyum dan langsung memeluknya. Begitulah aku, hanya mendengarkan apa yang ia bicarakan dengan tatapan penuh cinta saja sudah sangat membahagiakan. Dan juga mengharukan.

Read more
Stimulasi Bicara Anak

Stimulasi Bicara Anak

Maju mundur mau membuat tulisan tentang hal ini. Tapi mudah-mudahan secuil pengalaman ini bisa bermanfaat buat ibu-ibu di luar sana yaa.

Sebetulnya bahasan tentang hal ini biasanya aku bahas melalui chat atau obrolan pribadi hanya ketika ada yang menanyakan bagaimana saja cara aku menstimulasi kemampuan bicara dan komunikasi anakku. Sejujurnya sejak awal aku sendiri tidak pernah terlalu menghitung seberapa banyak kosa kata yang sudah bisa Afaf sebutkan dengan jelas. Sampai suatu ketika aku tersadar bahwa hal ini ternyata jadi topik yang cukup panas di kalangan ibu-ibu dan cukup sering juga aku ditanya “Afaf udah bisa ngomong berapa kata?”

Kala itu usianya sekitar 18 bulan. Standarnya, pada usia itu seorang anak mampu mengucapkan 5-50 kata. Gara-gara ditanyai jumlah kata, aku jadi mulai berhitung dan ternyata ada lebih dari 200 kata yang sudah ia mengerti. MasyaAllah ternyata banyak juga ya. Dan kemampuan itu alhamdulillah terus Allah izinkan berkembang sampai sekarang ia sudah lancar dan bisa membuat story telling yang panjang sesuai imajinasinya sendiri. Tiada menit tanpa mengoceh pokoknya hehehe. Dan ocehan itu harus kita tanggapi juga ya, bisa dengan reaksi atau dengan pertanyaan-pertanyaan agar kemampuannya lebih berkembang lagi.

Tentunya anak itu harus rajin-rajin kita berikan stimulus. Memang fase yang cukup melelahkan, khususnya buat aku pribadi yang kurang suka berbicara alias ngomong ya kalau ditanya doang. Bahkan awalnya seringkali malam-malam suaraku sampai serak karena seharian ngobrol dan nyanyi-nyanyi di kesempatan apapun. Tetapi ketika mendengar Afaf mulai bisa mengucap satu dua kata, rasanya betul-betul menggemaskan dan terbayarkan.

Kiranya ada beberapa hal yang konsisten aku lakukan untuk mengasah kemampuan komunikasi anakku. Sepertinya akan menjadi postingan yang sangat panjang tapi semoga beberapa cara ini bisa dicoba di rumah.

Read more
Everything Shall Pass

Everything Shall Pass

Akhir-akhir ini rasanya ingin makan yang pedas-pedas segar terus. Pertanda bahwa suasana hati sedang kurang baik dan kepala ini pening karena berpikir (cukup) keras. Pasalnya secara ilmiah memang ada hubungannya antara makanan pedas dengan peningkatan hormon pemberi rasa senang, seperti serotonin. Langsung terngiang-ngiang dalam benakku betapa enaknya makan seblak, tteokpokki, odeng, rabbokki, dan bakwan kawi sambil nonton drakor di tengah malam.

Yaaa namanya hidup, nggak jauh-jauh dari tantangan dan masalah ya. Padahal kalau dipikir-pikir ya bukan 100% masalahku juga. Hehe. Paksu mungkin udah hafal ketika istrinya minta makanan yang pedas-pedas. Berkali-kali sampai heran dan bertanya-tanya, “kok ikut-ikut setres to bun?”

Read more
Tiba Juga Waktunya, Jadi Calon Wali Murid

Tiba Juga Waktunya, Jadi Calon Wali Murid

Setiap orang tua pasti menyambut hari pertama sekolah anaknya dengan antusias. Terutama mungkin bagi si ibu. Pun yang kurasakan hari itu, melihat anakku mulai mau menyisihkan waktunya bersama selainku di hari keduanya mengikuti Trial Class. Tak seperti hari pertama di mana aku masih ikut masuk ke dalam kelas menyaksikan bagaimana kegiatan belajar mengajar di sana. Kali ini, melihatnya menaiki tangga dengan digandeng salah satu guru di sana, memasuki kelas tanpaku membuat perasaanku campur aduk: senang, bahagia, terharu, tapi juga masih agak was-was.

Di satu sisi aku senang dan bangga karena anakku sudah mau masuk kelas tanpa ditunggu lagi. No drama, langsung mandiri. Padahal aku sudah menyiapkan mentalku karena kudengar banyak anak-anak yang menangis meraung-raung ketika ibunya tidak boleh menungguinya di dalam kelas. Pikirku, aku pun siap jika harus melewati hal yang sama. Tapi pagi itu, dia menghadiahiku dengan anggukan ketika salah satu guru bertanya “Afaf masuk kelas sama bu guru ya, bunda tunggu di luar mau?”. Ibu-ibu wali murid di sana pun banyak yang memuji “hebat bu anaknya berani, dewasa banget”. MasyaAllah alhamdulillah…aku sendiri pun sebenarnya terkaget-kaget mengingat biasanya dia sangat takut berhadapan dengan orang baru. Tapi di sisi lain aku menyayangkan bahwa aku jadi tidak bisa mengamati pembelajaran di sana lagi dong haha.

Read more
05-02

05-02

Today is your day…

Sebuah tulisan ungkapan rasa syukur atas bertambahnya bilangan usiamu. Pada dasarnya tidak perlu menunggu hari lahir untuk bersyukur dan berharap hal-hal baik. Akan tetapi, tidak ada salahnya menjadikan hari ini sebagai suatu tanda dari harapan-harapan terbaik untuk mendoakan seseorang yang spesial.

Di moment seperti ini biasanya seseorang akan merayakannya dengan potong kue, tiup lilin, dan sebagainya. Tapi ada juga yang tidak pernah merayakannya, bahkan mengucapkan selamat ulang tahun pun hampir tidak pernah. Sepertiku, sepertimu juga. Tapi kali ini aku sengaja membuat sesuatu yang bisa disimpan dan dikenang.

Hari ini kamu pasti sudah membaca ‘jurnal’ yang kutulis. Dengan rasa kantuk pastinya haha. Sengaja kuletakkan di atas meja kerjamu saat semua sudah tertidur. Dan yang kuharapkan adalah ketika dini hari kamu membacanya sambil terkaget-kaget :p Maaf ya aku memang tidak pandai merangkai kata-kata secara lisan, tapi kalau dalam tulisan rasanya banyak sekali hal yang ingin diungkapkan. Walaupun akhirnya hanya jadi 2 lembar, karena setiap mau menulis panjang anak kita terbangun wkwk.

Read more
(Sebelum) Genap Setahun Menjadi Ibu

(Sebelum) Genap Setahun Menjadi Ibu

Tiga puluh satu di bulan Maret nanti, genaplah setahun usia anak pertamaku. Barangkali suatu saat jika sudah besar nanti ia baca, aku sengaja hampirkan lagi tulisanku di laman ini. Untuk mensyukuri hari-hari yang telah dan akan aku lalui bersama.

Sudah dua tahun laman ini kosong, lalu aku bingung harus menulis dari mana. Hehe. Singkatnya, alhamdulillah aku menjalani hari-hari pernikahan sejak Juni 2019. Lalu melahirkan anak pertama pada Maret 2020.

Ngomong-ngomong soal beberapa fase yang telah kulalui 2 tahun ini. Kata orang-orang, masa kehamilan adalah sebuah perjuangan berat. Nyatanya bagiku, setelah masa itu usai, segala yang lebih berat justru baru dimulai. Setelah mempunyai anak, kehidupan kita pastinya akan berubah 180 derajat.

Read more